TAREKAT SYADZILIYAH
Dinisbatkan kepada Nur Ad-Din Ahmad Asy-Syadzili
(593-656 H/ 1196-1258 M). Secara pribadi, Asy-Syadzili tidak meninggalkan karya
tasawuf, begitu uga muridnya, abdul abbas al-mursi, kecuali hanta sebai ajaran
lisan tasawuf, doa, hizib. Ibnu ath-thaillah as-sukandari adalah orang pertama
yang menghimpun ajaran-ajaran, pesan-pesan, doa, dan biografi keduanya sehingga
khazanah tarekat syadziliyah tetap terpelihara. Ibnu ath-thaillah juga orang tang
pertama menyusun karya paripurna tentang aturan-aturan tarekat tersebut,
pokok-pokoknya, prinsip-prinsipnya, bagi angkatan-angkatan setelahnya .
Melalui sirkulasi karya-karya ibnu ath-athaillah, tarekat syadziliyah mulai tersebar sampai ke barat, sebuah negara yang pernah menolak sang guru.akan tetapi, ia tetap merupakan tradisi individualistik yang hampir mati, meskipun temaini tidak dipakai yang menitikberatkan pengembangan sisi dalam. Syadzili tidak mengenal atau menganjurkan murid-muridnya untuk melakukan aturan atau ritual yang khas dan tidak satupun yang berbentuk ke shalehan popoler yang digalakan. Akan tetapi, muri-muridnya tetap mempertahankan ajarannya. Para murid melaksanakan tarekat sadziliyah di zawiyah-zawiyah yang tersebar tanpa mempunyai hubungan satu dengan yang lain.
Melalui sirkulasi karya-karya ibnu ath-athaillah, tarekat syadziliyah mulai tersebar sampai ke barat, sebuah negara yang pernah menolak sang guru.akan tetapi, ia tetap merupakan tradisi individualistik yang hampir mati, meskipun temaini tidak dipakai yang menitikberatkan pengembangan sisi dalam. Syadzili tidak mengenal atau menganjurkan murid-muridnya untuk melakukan aturan atau ritual yang khas dan tidak satupun yang berbentuk ke shalehan popoler yang digalakan. Akan tetapi, muri-muridnya tetap mempertahankan ajarannya. Para murid melaksanakan tarekat sadziliyah di zawiyah-zawiyah yang tersebar tanpa mempunyai hubungan satu dengan yang lain.
1)
Sejarah singkat Tarekat Syadziliyah
Secara lengkap nama pendiri tarekat ini adalah Ali bin Abdullah bin ‘Abd Al Jabbar Abu al-Hasan al-Syadzili. Dia di lahirksn di desa Ghumara, dekat Ceuta, di Utara Maroko pada tahun 573 H. Asy-Syadzili meninggal pada tahun 656 H/ 1258 M di humaithra, dekat pantai laut Merah. Tarekat ini berdiri pada abad ke-7 H/ 13 M.
Secara lengkap nama pendiri tarekat ini adalah Ali bin Abdullah bin ‘Abd Al Jabbar Abu al-Hasan al-Syadzili. Dia di lahirksn di desa Ghumara, dekat Ceuta, di Utara Maroko pada tahun 573 H. Asy-Syadzili meninggal pada tahun 656 H/ 1258 M di humaithra, dekat pantai laut Merah. Tarekat ini berdiri pada abad ke-7 H/ 13 M.
2)
Ciri Tarekat Syadziliyah
- kalangan kelas menengah, pengusaha, pejabat dan pegawai negeri.
- tidak begitu membebani pengikutnya dengan ritual-ritual yang memberatkan seperti yang terdapat dalam tarekat-tarekat yang lainnya.
- Setiap anggota tarekat ini wajib mewujudkan semangat tarekat di dalam kehidupan dan lingkungannya sendiri.
- mereka tidak diperbolehkan mengemis atau mendukung kemiskinan.
- kerapian mereka dalam berpakaian.
3)
Ajaran
Adapun ajaran-ajaran tarekat al-syadziliyah, yaitu :
- Tidak menganjurkan murid-muridnya untuk meninggalkan profesi mereka.
- Tidak mengabaikan dalam menjalankan syari’at islam.
- Zuhud tidak berarti harus menjauhi dunia karena pada dasarnya zuhud adalah mengosongkan hati dari selain Tuhan.
- Tidak ada larangan bagi kaum salik untuk menjadi miliuner.
- Berusaha merespons apa yang sedang mengancam kehidupan umat
- Tasawuf adalah latihan-latihan jiwa dalam rangka ibadah dan menempatkan diri sesuai dengan ketentuan Allah.
- Ma’rifat adalah salah satu tujuan ahli tarekat atau tasawuf yang dapat di peroleh dengan dua jalan.
4)
Lima sendi yang ada pada tarekat syadziliyah
- Ketaqwaan terhadap Allah SWT lahir batin, yang diwujudkan dengan jalan bersikap wara’ dan Istiqamah dalam menjalankan perintah Allah subhanahu wata’ala.
- Konsisten mengikuti Sunnah Rasululkah SAW, baik dalam ucapan maupun perbuatan, yang direalisasikan dengan selalu bersikap waspada dan bertingkah laku yang luhur.
- Berpaling (hatinya) dari makhluk, baik dalam penerimaan maupun penolakan, dengan berlaku sadar dan berserah diri kepada Allah SWT {Tawakkal}.
- Ridha kepada Allah, baik dalam kecukupan maupun kekurangan, yang diwujudkan dengan apa adanya {qana’ah/tidak rakus} dan menyerah.
- Kembali kepada Allah, baik dalam keadaan senang maupun dalam keadaan susah, yang diwujudkan dengan jalan bersykur dalam keadaan senang dan berlindung kepada-Nya dalam keadaan susah.
5) Pengaruh tarekat di dunia islam
Tarekat memengaruhi dunia islam mulai dari abad ke-13. Kedudukan tarekat saat itu sama dengan partai politik. Bahkan tentara juga menjadi anggota tarekat.
Tarekat memengaruhi dunia islam mulai dari abad ke-13. Kedudukan tarekat saat itu sama dengan partai politik. Bahkan tentara juga menjadi anggota tarekat.
Tarekat keagamaan meluaskan pengaruh
dan organisasinya ke seluruh pelosok negeri; menguasai masyarakat melalui suatu
jenjang yang terancang dengan baik; dan memberikan otonomi kedaerahan
seluas-luasnya. Setiap desa atau kelompok desa memiliki wali lokal yang di
dukung dan dimuliakan sepanjang hidupnya, bahkan dipuja dan diagung-agungkan
setelah kematiannya. Akan tetapi pada saat-saat itu telah terjadi penyelewengan di dalam tarekat-tarekat. Penyelewengan ini, antara lain
terjadi dalam paham wasilah, yaitu paham yang menjelaskan bahwa permohonan
seseorang tidak bisa dialamatkan langsung kepada Allah SWT., tetapi harus
melalui guru, guru ke gurunya, demikian seterusnya sampai kepada Syekh, baru
bisa bertemu dengan Allah atau berhubungan dengan Allah SWT.
Disamping itu, tarekat umumnya hanya berorientasi akhirat, tidak mementingkan dunia. Tarekat menganjurkan banyak beribadah dan jangan mengikuti dunia karena, “Dunia ini adalah bangkai, yang mengejar dunia adalah anjing.” Ajaran ini tampaknya menyelewengkan umat islam dari jalan yang ditempuhnya. Demikian juga, sifat tawakal, menunggu apa saja yang akan datang, qadha dan qadar yang sejalan dengan paham Asy-‘Ariyah. Para pembaharu dalam dunia islam melihat bahwa tarekat bukan hanya mencemarkan paham tauhid, melainkan membawa kemunduran bagi umat islam.
Oleh karena itu pada abad ke-19, mulailah timbul pemikiran yang sinis kepada tarekat dan juga terhadap tasawuf. Banyak orang menentang dan meninggalkan tarekat atau tasawuf. Pada mulanya, Muhammad abduh sebenarnya adalah pengikut tarekat yang patuh, tetapi setelah bertemu Jamaluddin Al-afghani, ia berubah pendirian dengan meninggalkan tarekatnya dan mementingkan dunia, disamping akhirat. Begitu juga Rasyid Ridha, setelah melihat bahwa tarekat membawa kemunduran pada uamt islam, ia meninggalkan tarekat dan memusatkan perhatiannya pada upaya memajukan umat islam.
Akan tetapi, akhir-akhir ini perhatian pada tasawuf timbul kembali karena dipengaruhi oleh paham materalisme. Orang-orang Barat melihat bahwa materalisme memerlukan sesuatu yang bersifat rohani, yang bersifat immateri sehingga banyak orang yang kembali memerhatikan tasawuf.
Pengaruh khusus pada tarekat Qadiriyah, Naqsyabandiyah, dan Syadziliyah
Sejak Tarekat Qadiriyah berada di Indonesia dan di tempat-tempat lain, orang masih menyelenggarakan Manakib Syekh ‘Abd al-Qadir al-Jailani. Riwayat hidup dan karamahnya masih dibaca orang untuk mendapatkan barakahnya. Kekhasan tarekat ini masih survive sebagai tarekat pelopor yaitu pengucapan dzikir Jahar bahkan menjadi bagian/dasar dari sebagian tarekat yang lahir kemudian.
Disamping itu, tarekat umumnya hanya berorientasi akhirat, tidak mementingkan dunia. Tarekat menganjurkan banyak beribadah dan jangan mengikuti dunia karena, “Dunia ini adalah bangkai, yang mengejar dunia adalah anjing.” Ajaran ini tampaknya menyelewengkan umat islam dari jalan yang ditempuhnya. Demikian juga, sifat tawakal, menunggu apa saja yang akan datang, qadha dan qadar yang sejalan dengan paham Asy-‘Ariyah. Para pembaharu dalam dunia islam melihat bahwa tarekat bukan hanya mencemarkan paham tauhid, melainkan membawa kemunduran bagi umat islam.
Oleh karena itu pada abad ke-19, mulailah timbul pemikiran yang sinis kepada tarekat dan juga terhadap tasawuf. Banyak orang menentang dan meninggalkan tarekat atau tasawuf. Pada mulanya, Muhammad abduh sebenarnya adalah pengikut tarekat yang patuh, tetapi setelah bertemu Jamaluddin Al-afghani, ia berubah pendirian dengan meninggalkan tarekatnya dan mementingkan dunia, disamping akhirat. Begitu juga Rasyid Ridha, setelah melihat bahwa tarekat membawa kemunduran pada uamt islam, ia meninggalkan tarekat dan memusatkan perhatiannya pada upaya memajukan umat islam.
Akan tetapi, akhir-akhir ini perhatian pada tasawuf timbul kembali karena dipengaruhi oleh paham materalisme. Orang-orang Barat melihat bahwa materalisme memerlukan sesuatu yang bersifat rohani, yang bersifat immateri sehingga banyak orang yang kembali memerhatikan tasawuf.
Pengaruh khusus pada tarekat Qadiriyah, Naqsyabandiyah, dan Syadziliyah
Sejak Tarekat Qadiriyah berada di Indonesia dan di tempat-tempat lain, orang masih menyelenggarakan Manakib Syekh ‘Abd al-Qadir al-Jailani. Riwayat hidup dan karamahnya masih dibaca orang untuk mendapatkan barakahnya. Kekhasan tarekat ini masih survive sebagai tarekat pelopor yaitu pengucapan dzikir Jahar bahkan menjadi bagian/dasar dari sebagian tarekat yang lahir kemudian.
Tanda utama Tarekat Syadziliyah masih dapat dirasakan hingga saat ini yaitu
dengan variasi Hizb-nya. Dan terutama Hizb Al-Bahr yang dikenal sangat memberi
pengaruh yang kuat bagi pengamalnya. Hizb-hizb tersebut tidak boleh diamalkan
oleh semua orang, kecuali telah mendapatkan izin atau ijazah dari Mursyid atau
seorang wakil yang ditunjuk oleh Mursyid untuk mengijazahkannya.
Pengaruh Tarekat Naqsyabandiyah ini masih dapat ditemui dengan adanya orang yang melakukan dzikir dalam hati bahkan hingga menolak adanya seni musik dan tari dikarenakan seni musik dan tari dapat mengakibatkan adanya ketidakkhusyuan dalam melakukan dzikir.
Pengaruh Tarekat Naqsyabandiyah ini masih dapat ditemui dengan adanya orang yang melakukan dzikir dalam hati bahkan hingga menolak adanya seni musik dan tari dikarenakan seni musik dan tari dapat mengakibatkan adanya ketidakkhusyuan dalam melakukan dzikir.
0 comments:
Post a Comment